Ekspedisi Atap Sulawesi dan Eksplore Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan merupakan tujuan destinasi wisata yang menawarkan berbagai keindahan yang membuat wisatawan betah mengunjunginya. Di antaranya alam yang indah baik gunung maupun pantainya, kentalnya budaya yang masih lekat, kuliner yang lezat memanjakan lidah pengunjungnya, salah satu dan tentunya satu satunya yang berada di Sulawesi adalah Gunung Latimojong yang menjadi puncak tertinggi di Pulau Sulawesi dan menjadi salah satu Seven Summit Indonesia.
Perjalaanan Destinasi Serta Waktu Tempuhnya
Setelah beberapa bulan kami melakukan perencanaan kami bersyukur akhirnya di beri kesempatan untuk menikmati keindahan Sulawesi. Tim kami berjumlah 10 orang yang terdiri dari 7 orang dari Pulau Jawa dan 3 orang teman kami dari Gowa dan Makasar.
Kami melakukan perjalan tersebut mulai berangkat dari Jawa Tengah atau tepatnya di desa kami Patak Banteng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo sampai pulang kembali selama 8 hari. Berikut rincian perjalanan kami
Hari Pertama
Kami mulai berangkat dari Desa Patakbanteng sekitar jam 10.00 WIB, menuju YIA (Yogyakarta Internasional Airport) karena rencana pesawat terbang di jam 18.00 jadi 2 jam sebelum terbang kami sudah chekin di bandara, akan tetapi maskapai Nasional tersebut delay sampai jam 19.30, ya kami tunggu. Setelah sekian kalinya delay akhirnya pada jam 22.00 WIB, pesawat mulai tinggal landas dari bandara YIA menuju Bandara Sultan Hasanudin Makasar.
Hari Kedua
Jam 00.00 sudah mendarat di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar dan setelah mengambil barang bagasi kami langsung menuju kendaraan yang mau mengantar kami menuju Basecamp pendakian Gunung Latimojong via Karangan , karena memang perut sudah lapar kami isi dengan makanan Coto Makasar.
Selesai makan perjalanan kami lanjutkan hingga saat subuh kami istirahat di Pare-Pare untuk Sholat sekalian mencari cemilan berupa jajanan khas seperti kue Burasa dan aneka jajanan lainya.
Sekitar Jam 06.15 WITA kami sampai di Kabupaten Enrekang dan singgah di mimimarket untuk membeli sebagian logistik untuk pendakian Gunung Latimojong.
Kemudian melanjutkan perjalanan kembali ke Baraka sekitar jam 08.30 WITA kami istirahat sejenak di salah satu warung sekaligus menikmati view berupa Bukit Nona. ya salah satu tempat yang kata teman kami sedang viral di beberapa platform medsos.
Kemudian pada jam 09.30 WITA kami singgah di pasar Baraka untuk membeli tambahan logistik berupa sayur , daging dan bumbu masakan.
Selesai bershoping ala emak-emak lanjut perjalanan, sekitar 10 menit dari Pasar Baraka kami sampai di tempat mobil jeep yang mau mengantarkan kami ke Desa Karangan, setelah istirahat sejenak dan makan siang di sana (di tempat pak Idris/pemilik rumah sekaligus mobil jeep) sembari menunggu hujan reda karena kebetulan sesampainya di sana hujan menyambut kami.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju ke Desa Karangan, ya desa terakhir yang berada di lereng gunung Latimojong yang kami tempuh sekitar 2 Jam dengan melewati jalan yang berkelok dengan kontur yang naik turun, tapi kami sudah di suguhi view yang menakjubkan khas pegunungan, berbagai tanaman perkebunan juga bisa kami lihat mulai dari sawah, kebun salak, serta perkebunan kopi dan cengkeh.
Sesampainya di Desa Karangan sebelum menuju ke villa, kami melakukan registrasi terlebih dahulu dengan melengkapi persyaratan berupa identitas diri yaitu KTP di lanjutkan chek kesehatan serta briefing oleh petugas Basecamp.
Setelah proses registrasi selesasi kami lalu menuju villa untuk istirahat, menyiapkan tenaga buat pendakian di esok harinya
Hari Ketiga
Jam 04.00 WITA kami sudah bangun untuk mempersiapkan pendakian, mulai packing peralatan serta logistik, sarapan kemudian menunggu ojek datang. Di Jalur pendakian Gunung Latimojong via Karangan ini sudah tersedia jasa ojek menuju Pos 1, jangan kaget ya kalau mengingat kondisi medan, jika di jalur ojek kemudian turun dan hanya tas atau barangnya saja yang sampai di Pos 1.
Akhirnya pada jam 09.00 WITA kami sampai di Pos 1. (Buntu Kacilin)
Setelah istirahat sejenak kemudian kami melakukan do'a bersama untuk kelancaran dan keselamatan pendakian kami, dan real mulai dai sini perjalanan kami lakukan full jalan kaki, untuk menuju Pos 2 berawal dengan medan yang menanjak dengan kondisi vegetasi terbuka, sekitar setengah jam berlalu medan berubah menjadi vegetasi tertutup dan menurun saat menuju Pos 2
Pos 2 (Sarumpa'pak) terdapat jembatan yang melintas di atas sungai yang cukup deras, di Pos 2 kami sempat istirahat untuk minum kopi dan mengisi kembali perut kami dengan logistik yang kami bawa, juga untuk sedikit meringankan beban logistik kami hehe.
Setelah cukup istiahat di Pos 2 pendakian kami lanjutkan menuju Pos 3 dan inilah track yang paling ekstrim menurut kami, karena tracknya yang terjal melewati jalur tanah dan akar akaran, bahkan di beberapa spot kami harus pegangan tali yang tersedia di jalur.
Jam 10.45 WITA kami sampai di Pos 3 (To' Nase) untjuk istirahat sejenak, selanjutnya kami menuju ke Pos 4 masih melewati jalur menanjak di antara vegetasi tertutup di tenggah rimbunya hutan Sulawesi jam 11.50 WITA kami sampai di Pos 4 dan makan siang.
Cukup istirahat dan cukup makan perjalanan pun kami lanjutkan menuju Pos 5 ( Solontama ) hingga pada jam 13.30 WITA kami sampai di Pos 5 untuk camping di sana, kami membawa 4 tenda yang kami dirikan secara berdekatan dengan di tambah flysheet sebagai koneksinya
Dan akhirnya kami bermalam dengan bertenda di Pos 5 ini.
Istirahat makan minum bercengkrama menikmati waktu di antara rimbun pohon, ohya di Pos 5 ini tidak terlalu jauh juga dengan sumber air sekitar 150 M dengan waktu tempuh sekitar 8 menit.
Hari Ke Empat
Sekitar jam 05.00 WITA kami bangun untuk persiapan Summit Attack Menuju puncak Rante Mario, mulai dari minum hangat dan menyiapkan logistik serta peralatan secukupnya, agar kondisi perut tetap terjaga selama perjalanan ke Summit
Setelah persiapan selesai perjalanan ke Summit pertama menuju pos 6 dengan tanjakan yang aduhai, jam 05.15 WITA kami sampai di pos 6 ( Perang ngian)
Sedikit istirahat perjalanan masih di lanjutkan dengan Medan yang relatif sama dengan sebelumnya, ya masih nanjak
Hingga pada jam 06.00 WITA kami sampai di Pos 7 ( Pentuanginan) di sini kami sempatkan untuk membuat kopi hangat, memang urusan perut susah di hindari
Lanjut tanjakan masih memanjakan dengkul kami dan nafas kami
Selanjutnya kami melewati telaga Bidadari walaupun airnya sedang mengering hehe
Sembari melepas lelahnya perjalanan karena kami melihat cukup batu yang tersusun kami juga mencobanya
Naik terus melewati vegetasi yang terbuka dan melewati jalur dengan tanjakannya sedang, pada jam Akhirnya 07.10 WITA kami sampai di puncak Rante Mario punjak tertinggi Pegunungan Latimojong dengan ketinggian 3443 MDPL, yang kata teman kami Latimojong memiliki 37 Puncak, sungguh rasa haru sekaligus bersyukur kami rasakan
Setelah beberapa waktu menikmati puncak kamipun turun kembali pada jam 09.00 WITA, kami sampai Pos 5 tempat kami bertenda sekitar Jam 12.30 WITA. kemudian istirahat sejenak makan dan bercengkrama menikmati suasana alam dalam kebersamaan.
Bahkan sempat merasakan mandi di Sungai dekat pos 5. Malam harinya kami masih bermalam dalam tenda di Pos 5
Hari Ke Lima
Jam 05.00 kami bangun untuk Sarapan serta packing setelah semua selesai jam 07.20 WITA Kami melakukan doa perjalanan sebelum turun kembali ke Basecamp.
Selanjutnya setapak demi setapak kami menuruni gunung, sempat beberapa kali istirahat tetapi yang cukup lama kami istirahat di Pos 2 kebetulan bertemu dengan pendaki lain jadinya kami saling berbincang ringan sebelum kembali melakukan perjalanan.
Lalu pada jam 13.00 WITA kami sampai di Basecamp ( Villa ) kembali ngisi perut sebentar sebelum kembali masuk villa bersih-bersih dan istirahat. Malam harinya kami makan malam dengan menu ikan goreng dan sambal dengan racikan serta ulekan dari sebagian teman kami.
Hari Ke Enam
Setelah istirahat semalaman pagi harinya kami minum minuman hangat kemudian berangkat dari villa menuju Baraka, awalnya kami akan kembali menggunakan Jeep milik Pak Idris tetapi karena ada trouble pada kendaraanya, armada di ganti dengan mobil bak terbuka berupa truk. Jam 08.22 kami sampai di area Kecamatan Buntu Batu kemudian kami kembali ganti armada (mobil Hiace) untuk menuju ke Destinsi selanjutnmya, nah kembali masalah perut destinasi pertama kami adalah wisata kuliner, kami menuju salah satu warung Nasu Cemba yang ada di Wilayah Cakke Kabupaten Enrekang, Setelah amunisi terisi kami melanjutkan perjalanan ke Destinasi Selanjutnya yaitu ke Kete Kesu.
Jam 14.30 WITA kami sampai di Kete Kesu. Kete Kesu merupakan salah satu desa adat yang menyimpan banyak cerita dan sejarah dari Tana Toraja, berupa rumah adat serta makam kuno.
Kete Kesu terletak Kecamatan Sanggalangi, Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Pemakaman adat Toraja menjadi salah satu daya tarik wisata di desa ini, dimana jenazah diletakan di tebing dan gua yang berada di belakang desa ini.
Selain makam adat, Rumah tradisional Toraja menjadi daya tarik tambahan, Rumah adat yang bernamaTongkonan ini di bangun tinggi menjulang serta terdapat lumbung di seberangnya. terdapat juga ornamen tambahan berupa tanduk kerbau
Selesai dari Kunjungan Kete Kesu kami melanjutkan perjalanan menuju destinasi selanjutnya yaiu Londa.
Londa merupakan area pemakaman dalam goa alam, Goa yang memiiki panjang sekitar 1 km ini sudah berusia ratusan tahun dan masih di gunakan sampai sekarang. daya tarik utamanya adalah goa alam serta kuburan gantung, serta peti jenazahnya. juga Tau-Tau. Tau-Tau adalah patung yang terdapat di bagian depan goa.
Setelah selesai dari obyek wisata Londa kami melanjutkan perjalanan menuju ke Buntu Burake, tak lupa sebelumnya masalah urusan perut kami mampir sejenak di Makale untuk sekedar kulineran tipis-tipis, lalu pada jam 17.11 WITA kami sampai di Buntu Burake, di mana terdapat Patung Yesus yang tertinggi di dunia, Lokasi Patung Yesus Buntu Burake ini berada di wilayah Kelurahan Buntu Burake, Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan.
Lokasinya yang berada di ketinggian juga mempunyai nilai plus berupa pemandangan alam serta perkotaan yang menakjubkan, kebetulan ketika kami sampai di sana pas suasana sunset sungguh beruntung karena di suguhi view sunset yang ciamik.
Selesai dari Buntu Burake perjalanan kami lanjutkan menuju salah satu destinasi wisata yang berada di Kabupaten Maros dan tak lupa di perjalanan kami mampir sejenak untuk kulineran khas yaitu Nasu PALEKKO. Nasu Palekko merupakan olahan daging itik atau bebek yang menjadi salah satu kuliner khas Sulawesi Selatan (Sulsel).
Makanan khas Tanah Bugis ini kebanyakan berupa olahan daging bebek yang di potong kecil-kecil dengan bumbu rempah2 yang sangat memanjakan lidah berupa rasa sedikit asam dan pedas.
Setelah melepas lapar perjalanan kami lanjutkan.
Hari Ke Tujuh
Pagi Jam 07.00 WITA kami sudah merapat di obyek wisata Rammang-Rammang, lalu menaiki kapal kecil untuk menyusuri sungai di antara bebatuan karst yang menjulang, sembari di suguhi pemandamngan air serta pohon bakau yang menghijau.
Kampung Karst Rammang-Rammang menjadi bagian ikon pariwisata di Sulawesi Selatan. kampung ini telah tettrcacat dan di akui oleh UNESCO sebagai salah satu warisan dunia pada tahun 2017.Terletak di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, di sebut menjadi 3 besar bebatuan kapur setelah Madagaskar dan Cina
Wisata Rammang- Rammang mempenyai beberapa pilihan destinasi seperti Kampung Laku dan Kampung Berua yang menjadi ikon landmark utamanya
Usai mengunjungi Rammang-Rammang kami melanjutkan kunjungan ke Masjid Kubah 99 yang menjadi salah satu ikon Kota Makassar setelah Masjid Apung
Sesuai dengan namanya, Masjid 99 Kubah ini dikelilingi oleh kubah yang berjumalah 99. jumlah tersebut sesuai dengan jumlah Asmaul Husna.
Usai dari Masjid kami melanjutkan perjalanan untuk berwisata laut, ya kami menuju Pulau Samalona
Jam 13.00 kami melakukan penyebrangan melalui Dermaga Kayu Bangkoa, salah satu dermaga yang ada di Kota Makasar setelah sekitar 15 menit menaiki kapal kecil akhirnya kami sampai di Pulau Samalona
Hari Ke Delapan
Kesan Perjalanan
- Pentingnya kerja sama tim dengan kemampuan yang kolektif.
- Rasa sukur atas kesempatan yang tuhan berikan.
- Kesempatan belajar kearifan lokal yang ada.
- Menghormati adat istiadat lokal.
0 Komentar